
Penembakan mahasiswa Trisakti, Elang Mulya
Lesmana (1978-1998), Heri Hertanto (1977- 1998), Hafidin Royan (1976-1998),
dan Hendriawan Sie (1975-1998).
Keempatnya tewas tertembak di dalam kampus,
terkena peluru tajam di tempat-tempat vital seperti kepala, tenggorokan, dan
dada. Penembakan mahasiswa memicu kerusuhan di
seantero Jakarta. Selama tanggal 13,14,15 Mei Jakarta dilanda kerusuhan
dengan aksi penjarahan dan pembakaran yang mengakibatkan ratusan orang tewas.
Kerusuhan yang terhitung dahsyat dibandingkan kasus Malapetaka Lima Belas
Januari (Malari) tahun 1975. Sudah 19 tahun berlalu, peristiwa memalukan dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Setiap tahun peringatan tragedi Mei ’98 selalu diperingati baik oleh keluarga korban kerusuhan atau pun para mahasiswa. Meski tragedi Mei menjadi catatan penting kejatuhan rezim Presiden Soeharto, namun penyelesaian kasus ini terus dijadikan misteri.
![]() |
Gambar peristiwa tragdei trisakti |
Tragedi Mei ’98 belum menunjukkan tanda-tanda
segera diselesaikan secara hukum. Tuntutan peradilan HAM atas kasus ini yang
disuarakan para aktivis HAM dan keluarga korban, hanya gayung yang belum
tersambut. Pertimbangan politik tampak menjadi acuan penanganan kasus ini yang
justru mengalahkan norma hukum yang seharusnya dipatuhi.
Jika persoalan politik jadi acuan, maka
penanganan kasus ini akan bergantung pada hitungan stabilitas politik, termasuk
kekuatan dan kepentingan politik pihak yang terlibat kasus ini. Pemerintahan
Jokowi yang sebelumnya diharapkan bersikap berbeda dibanding presiden
sebelumnya, tak kunjung menunjukan komitmen menyelesaikannya secara hukum.
Menjadi dilema memang jika kasus Tragedi Mei’98
diputuskan untuk ditangani secara hukum karena akan berdampak pada munculnya
gelombang politik dan kemanana. Pihak yang bertanggung jawab atas kasus ini,
kini telah menduduki posisi yang mapan di partai politik atau pemerintahan.
Ada banyak kejanggalan penanganan aksi kerusuhan
tersebut, yang menguatkan rivalitas di antara pejabat militer. Ada Nama Wiranto
dan kelompoknya ada nama Prabowo dan kelompoknya. Tim Gabungan Pencari
Faktra menemukan adanya ketidakcepatan bertindak, satu hal yang sangat
diperlukan saat itu.
![]() |
Gambar potret tabur bunga korban tragedi Mei 98 |
Ketidakcepatan bertindak itu mengakibatkan
“pembiaran sementara”, sehingga kerusuhan tidak tertangani dengan cepat,
meluas, dan menimbulkan banyak korban jiwa. Namun hingga kini peristiwa itu
“seolah dibuat” kabur tanpa ada kejelasan siapa yang harus bertanggung jawab
dan diseret untuk diadili secara hukum. Pemerintah seolah terbebani atau enggan
melakukan langkah itu, dengan pertimbangan yang tak pernah diungkapkan secara
terbuka.
Padahal secara emosional Tragedi Mei ’98 tentu masih memberikan pengaruh ke
masyarakat, termasuk generasi mudanya. Pemahaman akan peristiwa itu relatif
lebih segar dan mengikat secara emosional. Terlebih lagi, jika para pelaku dan
penanggung jawab peristiwa itu masih hidup aman-aman saja, tak tersentuh hukum.
Pemerintah
Sibuk
Hingar bingar Pilkada DKI Jakarta mempertegas
penyelesaian Tragedi Mei ’98 semakin jauh dituntaskan. Pemerintah pun disibukan
dengan situasi politik yang memanas dengan maraknya unjuk rasa menolak penista
agama yang dialamatkan ke Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama.
Masyarakat terbelah dengan politik identitas yang mengancam kebihinekaan
Indonesia. Pasca Ahok divonis dua tahun akibat kasus tersebut, kembali dunia
politik diramaikan dengan dukungan
terhadap Ahok yang menganggap vonis hakim tak adil.
Menko Polhukam Wiranto berjanji, akan menjelaskan
tragedi Trisakti, Semanggi I, dan Semanggi II. Namun Wiranto enggan merinci
penjelasan yang dia maksud. Pemerintah tengah disibukan mengurus pembubaran
organisasi massa Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang dituding akan mendirikan
negara khilafah. "(Soal peristiwa 1998?) Apa itu? (Tragedi Trisakti, Semanggi I, dan
Semanggi II?) Apa hubungannya (dengan HTI) Oh, nanti. Nanti ada penjelasannya.
Ini dulu diselesaikan (HTI)," kata Wiranto di kantornya, Kompas.com (Jumat
(12/05/2017) .
![]() |
Gambar pendemo tragedi Mei 98 |
Penyelesaian Kasus
Jaksa Agung HM Prasetyo mengatakan
lembaganya bukanlah satu-satunya yang menangani kasus Hak Asasi Manusia
(HAM) masa lalu. Peristiwa Tragedi Mei 98, Trisakti dan tragedi Semanggi 1-2, adalah
Komnas HAM yang memiliki wewenang menanganinya. Prasetyo mengatakan
Kejaksaan bisa menindak lanjut kasus itu jika berkas penyelidikan dari Komnas
HAM sudah cukup lengkap. Kejaksaan akan terus mendalami dan mengumpulkan berkas
kasus tersebut.
“Komnas HAM adalah instansi yang bertugas untuk melakukan penyelidikan, sedangkan kejaksaan menerima hasil penyelidikan dari Komnas ham. Hasil penyelidikan selama ini masih belum cukup untuk ditingkatkan ke penyidikan,” ujar HM Prasetyo, saat ditemui di Kejaksaan. (Kompas.com, Jumat (12/05).
Jika semua kejahatan kemanusiaan penanganannya didasarkan pada keseimbangan dan harmoni politik, maka negara akan meletakkan hukum dalam posisi yang buruk. Tak tertutup kemungkinan kejadian serupa bisa berulang di masa mendatang. Seiring kaburnya ingatan manusia. Dan selama itu semakin tidak jelas siapa yang harus disalahkan. Jika sudah demikian, Tragedi Mei ‘98 hanya akan jadi mimpi buruk pada keluarga korban sepanjang usianya. Mungkinkah ini yang dikehendaki?
“Komnas HAM adalah instansi yang bertugas untuk melakukan penyelidikan, sedangkan kejaksaan menerima hasil penyelidikan dari Komnas ham. Hasil penyelidikan selama ini masih belum cukup untuk ditingkatkan ke penyidikan,” ujar HM Prasetyo, saat ditemui di Kejaksaan. (Kompas.com, Jumat (12/05).
Jika semua kejahatan kemanusiaan penanganannya didasarkan pada keseimbangan dan harmoni politik, maka negara akan meletakkan hukum dalam posisi yang buruk. Tak tertutup kemungkinan kejadian serupa bisa berulang di masa mendatang. Seiring kaburnya ingatan manusia. Dan selama itu semakin tidak jelas siapa yang harus disalahkan. Jika sudah demikian, Tragedi Mei ‘98 hanya akan jadi mimpi buruk pada keluarga korban sepanjang usianya. Mungkinkah ini yang dikehendaki?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar